SEJARAH SINGKAT SMAK THOMAS AQUINO
SMAK Swastiastu Tangeb didirikan Tahun Ajaran 1981/1982 oleh Ketua Yayasan Swastiastu Pusat Drs. Piet Nyoman Giri, Pr. Dengan surat tertanggal 28 Maret 1981 nomor 901/D/UM/A/YS/1981 dan dengan surat pemberitahuan kepada Bapak Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Prop. Bali tanggal 25 April 1981 nomor 128/III/Pend/g/YS/1981. Tetapi untuk tahun ajaran 1981/1982 kepala Kanwil Dep P dan K Prop. Bali, Drs I Gst Agung Gede Oka, belum dapat menyetujui, dengan dikeluarkannya surat pemberitahuan tertanggal 27 Mei 1981 Nomor: 198/I.la.81, dengan alasan:
- Di Kecamatan Mengwi sudah ada SMA Negeri dan 2 buah SMA Swasta yang masih cukup dapat menampung tamatan SMP di Kecamatan Mengwi yang berkeinginan melanjutkan ke SMA.
- Kedua buah SMA Swasta yang ada (SMA PGRI Mengwi dan SMA Wasundari Mengwi) relatif masih lemah.
- Di desa Untal-Untal Kec. Mengwi, pernah ada sebuah SMA yang karena jumlah muridnya kurang memenuhi syarat, akhirnya dipindahkan ke kota Denpasar.
Pada tahun ajaran 1982/1983 terdaftar sebagai SMA Swasta dalam lingkungan pembinaan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bali dengan dikeluarkannya surat keputusan oleh Kepala kantor Wilayah Dept. P dan K Drs. I Gst Agung Gede Oka, tertanggal 21 Juni 1982 nomor 251/I.l9.l/I.19.82.
Pada tahun ajaran 1999/2000 banyak berdiri sekolah swasta dengan ciri khas masing-masing. Bulan Januari tahun 2000 ada situasi kemasyarakatan yang menghendaki agar semua lembaga pendidikan swasta meninjau ulang nama Yayasan dan nama sekolah sesuai dengan ciri khas mereka.
Yayasan Swastiastu Pusat mengadakan pertemuan seluruh Kepala Sekolah bertempat di Keuskupan Denpasar,jalan Rambutan untuk membicarakan hal tersebut. Kesimpulan dari pertemuan tersebut nama Yayasan Swastiastu diganti dengan nama Yayasan Insan Mandiri, dan sekolah-sekolah menggunakan nama pelindung orang suci.
Sejak didirikan SMAK Swatiastu Tangeb sudah memilih nama pelindung “Thomas Aquino” sebagai orang suci dan peranannya diakui dunia memberikan sumbangan pemikiran yang luar biasa dalam memanage Negara dan bagaimana selayaknya menempatkan Negara dalam hubungannya dengan Tuhan. Salah satu bentuk pemikiran beliau adalah memunculkan konsep triaspolitica. Negara hendaknya dikelola oleh tiga lembaga yaitu: eksekutive, legislative, dan yudicative. Konsep ini sampai sekarang dipakai oleh banyak Negara di dunia termasuk Indonesia.
Maka untuk perubahan ini bagi kita bukan masalah yang prinsip. Perubahan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manusia ingin bergerak. Dalam dunia pendidikan yang esensi adalah bagaimana kita selalu melakukan perubahan cara pandang kita tentang siswa (manusia), dan bagaimana menjadikan manusia itu semakin manusiawi.
Nama yayasan pun berubah, dari nama Yayasan Swastiastu menjadi Yayasan Insan Mandiri.